Kota Gorontalo – Harga ikan di Provinsi Gorontalo selama bulan Juni 2025 menunjukkan tren kenaikan pada sejumlah komoditas utama. Berdasarkan hasil pemantauan lapangan oleh enumerator harga ikan, perubahan harga ini dipengaruhi oleh menurunnya pasokan ikan di sejumlah titik distribusi, terutama pasar mingguan dan lapak-lapak ikan di kabupaten dan kota.
Jika dibandingkan antara minggu kedua dan minggu ketiga bulan Juni, terdapat kenaikan harga pada sembilan komoditas. Komoditas tuna mengalami kenaikan dari Rp57.000 menjadi Rp58.000 per kilogram. Cakalang naik dari Rp27.000 menjadi Rp28.000 per kilogram, sementara ekor kuning naik Rp1.000 dari Rp32.000 menjadi Rp33.000 per kilogram. Ikan selar mengalami kenaikan paling signifikan sebesar Rp1.500, dari Rp28.500 menjadi Rp30.000 per kilogram.
Komoditas lainnya seperti kakap mengalami lonjakan harga dari Rp63.000 menjadi Rp65.000 per kilogram. Begitu juga dengan kerapu yang naik dari Rp58.000 menjadi Rp60.000, kuwe dari Rp48.000 menjadi Rp50.000, nila dari Rp41.000 menjadi Rp43.000, dan bandeng dari Rp25.000 menjadi Rp26.000 per kilogram.
Di sisi lain, terdapat dua komoditas yang mengalami penurunan harga, yaitu tongkol yang turun dari Rp29.000 menjadi Rp27.000 per kilogram dan udang vaname yang mengalami penurunan cukup signifikan sebesar Rp3.000, dari Rp67.000 menjadi Rp64.000 per kilogram. Sementara itu, harga ikan layang tetap stabil di angka Rp29.000 per kilogram tanpa perubahan.
Pengumpulan data harga ikan ini dilakukan secara rutin oleh enumerator dengan metode pengambilan sampel dari pedagang pengumpul dan pengecer yang tersebar di berbagai pasar mingguan serta lapak ikan di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Data ini menjadi rujukan penting dalam pemantauan dinamika pasar perikanan dan landasan kebijakan pengendalian harga serta distribusi komoditas.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Fahrul Amlain, menyatakan bahwa tren kenaikan harga tersebut sangat erat kaitannya dengan menurunnya volume pasokan dari nelayan dan pembudidaya.
“Pasokan ikan dalam dua minggu terakhir memang tidak stabil. Cuaca, musim panen, dan distribusi menjadi faktor yang cukup berpengaruh. Kami terus mendorong peningkatan kapasitas produksi melalui teknologi budidaya untuk mengantisipasi fluktuasi harga yang merugikan masyarakat,” jelasnya.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo akan terus melakukan pemantauan secara intensif untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga ikan di wilayah tersebut, demi mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat nelayan serta konsumen lokal.
